NASEHAT TUNTUNAN IBADAH
Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas KaruniaNya kepada kita semua, dengan ucapan Alhamdulillahir Robbil 'Alamin.
selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih atas segla perhatian Bpk/Ibu, saudar pada acara yang saya asuh, Terkandung maksud yang tulus dan suci dari hati saya yang paling dalam. mudah-mudahan acara saya ini membawa manfaat dan barokah. selanjutnya dengan mengikuti acara tersebut, kemudian anda bisa menarik kesimpulan, bahwa acara ini ajakan, nasehat untuk sama-sama mencari syurga selamat dari neraka.
saya mengadakan acara ini bukan ada maksud agar saya menjadi orang terkenal, bukan agar dipuji-puji atau agar saya mendapat uang, tapi saya betul-betul semata-mata ibadah, saya niati karna ALLAH, ingi mencari pahala dari ALLAH yaitu syurga ALLAH, ajakan saya lahir batin dunia akhirot.
Ajakan saya tidak lain dan tidak bukan, marilah hidup kita yang sekali ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya agar kita bisa selamat dunia akhirot. agar kita selamat di dunianya. ya! Jadilah orang yang baik, berbudi pekerti yang luhur, taat dan tunduk pada pemerintah yang syah, berdasarkan Pancasila dan UUD 45'. Lalu agar kita selamat akhiratnya, caranya tidak ada cara lain yaitu harus taat dan tunduk kepada ALLAH dan UtusanNya. Untuk itu kita memerlukan untuk bisa Ibadah yang benar, Ibadah yang murni. Hidup kita hanya sekali, umur sudah berapa, tinggal berapa.
padahal tiap orang/mahluk itu akan mati, menurut firman ALLAH : Walikulli Ummatin Ajal, FaidzaJaa'a Ajluhum Laayas Ta'khirunna saa'ah, Walaa Yastq'di Muun (setiap orang akan menemui mati, maka ketika telah datng waktunya tidak ada seorang pun yang mampu menunda, memajukan atau mengundurkan)
Hidup sekali kalu benar ibadahnya,maka akan selamat, tapi kalau hidup yang sekli ini salah Ibadahny, ALLAH menjanjikan ; barang siapa yang taat dan patuh kepada ALLAH dan UtusanNya maka akan dimasukan orang tersebut ke dalam syurga,sesuai dengan Firman ALLAH dalam surat AN-NISA ayat 13
; Wa man Yuthi-lilaaha Wa-Rosuulahu Yud'hilhu Jannattin. caranya agar ibadah kita benar harus mau mengaji Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, dikaji membacanya, dikaji artinya, dipaham-pahamkan kemudian di amalkan. Karna Al-Qur'an dan Hadits itu tulisan Arab, bahasanya juga bahsa Arab, kalau tidak kita kaji artinya dan diterangkan, bagaimana kita tahu apa isi yang ada di dalam Al-Qur'an dn Al-Hadits.
Kita sebagai umat Islam, yang dikaji ya! Hanya Al-Qur'an dan Al-Hadits, jangan mengkaji selain itu, karena sudah jelas bahwa kitab suci umat Islam adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Dalam Hadits Bukhori Rosullulloh SAW bersabda : Tarokktu Fiikum Amroni, Lanntadzillu Mata Massaktum Bi-Himmaa, Kitabbillahi Wa-Sunnati Nabiyyin (Telah aku wasiatkan kepada kamu sekalian dua perkara, yaitu kitabnya ALLOH, Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, Al-Hadits). Ini adajah jaminan dari Nabi kita Muhammad SAW, kita harus yakin! Kita taat akan mendapatkan Syurga Allah, terhindar dari siksa Alloh.
Syurga adalah tempat segala kenikmtan yang pol, tempat segala kesenangan yang pol. Ini adalah janji dari ALLOH, Inna W'Dallihi Haqq (sesungguhnya janji ALLoh itu pasti/benar).
Sedangkan untuk mencari pengajian-pengajian semacam ini memang mungkin agak langka, sebab guru yang menguasai Al-Qur'an dan Al-Hadits secara murni tidak banyak ,padahal kemurnian Ibadah sangat penting. Tidak murni jelas tidak diterima, sesuai dengan Firman ALLAH dalam surat Az-zumar ayat 2 Fa'Budillah Mukhlishol Lahuddiin (sembahlah ALLAH didalam agama), Kemudian Rosullulloh SAW mempertegas dengan sabdanya didlm Hadits Nasa'i ; Innalloha Layaq'balu Minal Amali Illa Ma Kanna Lahu Kholison Wab'tugiya Bihi Waj'huhu (sesungguhnya ALLAh tidak menerima amal Ibadah seseorang kecuali amlan itu murni dan semat mencari Wajah/pahala /ganjaran dari ALLAH)
Demikian sekedar peringatan dn nasehat dari saya, moga-moga ALLOH memberi manfaat dan Barokah.
Alhamdulilah Jaza Khumullohu Khoiro
" HAKEKAT KEBENARAN MENETAPI QUR'AN HADITS JAMA'AH"
Hal 53-68……………
Di dalam Jama'ah, satu-satunya Jama'ah berkewajiban mengaji Al-qur'an dan Al-hadits secara manqul-Musnad-Muttashil. Mengaji bacaannya, maknanya, keterangannya sampai faham sebagaimana yang dikerjakan para sohabat Nabi. Sebagaimana diucapkan Ibnu Mas'ud:
كَانَ الرَّجُلُ مِنَّا إذَا تَعَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ لَمْ يُجَاوِزْهُنَّ حَتَّى يَعْرِفَ مَعَانِيَهُنَّ وَالْعَمَلَ بِهِنَّ(في مقدمة تفسير ابن كثير)
Seorang laki-laki dari kami ketika belajar sepuluh ayat; dia tidak meneruskannya sebelum mengetahui maknanya dan mengamalkannya.
Manqul secara harfiah artinya dipindahkan, maksudnya mengaji Alqur'an dan Al-hadits dengan cara berguru atau ilmu Alqur'an dan Al-hadits diperoleh melalui proses pemindahan ilmu dari guru ke murid.
Musnad artinya ilmu yang diberikan itu mempunyai isnad/sanad yang shohih. Sanad/isnad artinya sandaran, maksudnya mengajarkan Alqur'an dan Al-hadits dengan bersandar guru yang mengajarkan kepadanya, gurunya dari gurunya dst.
Muttashil artinya bersambung, maksudnya bahwa masing-masing sanad/isnad bersambung sampai kepada rosululloh shollallohu'alaihi wasallam.
Jadi, mengaji secara manqul-musnad-muttashil artinya mengaji Al-qur'an dan Al-Hadits secara langsung, seorang atau beberapa orang murid yang menerima dari seseorang atau beberapa orang guru dan gurunya tersebut menerima dari gurunya, dan gurunya dari gurunya lagi sambung bersambung, begitu seterusnya tanpa terputus sampai kepada penghimpun hadits seperti Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Nasa'I, Imam abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Malik dll, yang telah mencantumkan isnad mereka di dalam kitab hadist mereka sampai kepada rosululloh shollallohu'alaihi wasallam.
Mengaji Al-qur'an dan Al-Hadist wajib dengan cara manqul-musnad-muttashil. Cara inilah yang dipraktekkan rosululloh shollallohu'alaihi wasallam, para shohabat, tabi'in, tabi'ittabi'in, serta ulama'ussholihin.
Perhatikan dalil-dalil dibawah ini ;
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآَنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآَنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19) سزرة القيامة
Janganlah kamu menggerakkan lisanmu (untuk mendahului malaikat jibril dalam membaca qur'an) karena tergesa-gesa dengannya. Sesungguhnya atas kami pengumpulan Qur'an dan bacaannya. Maka ketika selesai kami bacakan Qur'an itu maka ikutilah bacaannya. Kemudian sungguh ada pada kami keterangan Qur'an itu.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْمَعُونَ وَيُسْمَعُ مِنْكُمْ وَيُسْمَعُ مِمَّنْ سَمِعَ مِنْكُمْ*رواه ابوداود
Kalian mendengarkan dan didengarkan dari kalian dan didengar dari orang yang mendengarkan dari kalian.
Mengenai wajibnya manqul rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda :
عَنْ جُنْدُبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ فِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ*رواه ابوداود
Barang siapa yang berkata dalam kitab Alloh Yang Maha Mulya dan Maha agung dengan pendapat sendiri lalu benar, maka sungguh-sungguh salah.
Dalam hal wajib berisnad-muttashil abdulloh bin Mubarok berkata di dalam Muqoddimah Hadist Muslim :
الْإِسْنَادُ مِنْ الدِّينِ وَلَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ * مقدمة صحيح مسلم
Isnad itu termasuk agama, andaikata tidak ada sandaran guru (isnad) niscaya berkata orang yang berkehendak pada apa yang dia kehendaki (berkata sekehendaknya sendiri).
Mengaji Al-qur'an dan Al-Hadits secara manqul-musnad –muttashil memiliki nilai yang tinggi (pol) yaitu;
1. Mengesahkan ilmu dan amal
Firman Alloh
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36) سورة الإسراء
36. Dan janganlah kamu mengatakan/mengerjakan pada apa-apa yang tidak ada ilmu bagimu (ilmu manqul). Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan ditanya/diurus oleh Alloh
Orang yang mengaji Al-qur'an dan Al-Hadits dengan ro'yu (tidak manqul) digambarkan sama halnya dengan orang yang mendapatkan uang asli tetapi dengan cara yang tidak sah seperti mencuri, atau diumpamakan seperti masuk kerumah orang lain tanpa idzin pemiliknya, atau masuk rumah tidak melalui pintu.
2. Menjaga kemurnian agama
Orang yang mengaji secara Manqul-Musnad-Muttashil tidak berani menambah, mengurangi, mencampur dengan pendapat, angan-angan maupun analisa terhadap Al-qur'an dan Al-Hadits sehingga kemurnian tetap terjaga, ibarat air mengalir dari hulu yang dialirkan melalui pipa, walau sampai kemanapun tetap terjaga kebersihannya, tidak tercemar kotoran-kotoran disekitarnya.
3. Mudah difahami dan diamalkan
Dengan sistem Manqul, Ilmu Al-qur'an dan Al-Hadits akan mudah difahami, tidak bertele-tele sehingga bisa segera diamalkan karena ada bimbingan dan tuntunan dari seorang guru. Orang yang mengaji Al-qur'an dan Al-Hadits secara manqul dapat mengambil manfaat dari ilmunya, Alloh paring kemudahan dan kemudahan untuk mengamalkannya.
Merupakan kenyataan yang tidak dapat diingkari bahwa perkembangan Qur'an hadits Jama'ah di Indonesia berawal dariajakan mengaji Al-qur'an dan Al-hadits secara manqul-musnad-muttashil, semua Jama'ah yang terdiri dari berbagai macam tingkat pendidikan dan status sosial bisa mengaji Al-qur'an dan Al-hadits sampai faham dan mengamalkannya dengan benar.
Didalam Jama'ah, penyampaian Al-qur'an dan Al-hadits secara manqul-musnad-muttashil juga menggunakan kitab-kitab tafsir dan syarah-syarah hadits sebagai rujukan yang juga sudah dimangqulkan. Jadi sama sekali tidak mentafsirkan Al-qur'an dan menerangkan Al-hadits menurut hawa nafsunya sendiri, tetapi benar-benar berdasarkan rujukan dari kitab-kitab para 'ulama yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kitab-kitab rujukan tersebut antara lain;
* Al-qur'an, kitab rujukannya : Tafsir ibnu katsir, sebagai rujukan yang utama, kemudian tafsir at-thobari, Tafsir khozin, Tafsir Ibn 'Abbas, Tafsir Jalalain, dll
* Shohih Bukhori, kitab rujukannya : Syarah Fathul al-bary, Irsyadu al-sary, Al-kirmani, Umdatu al-qori
* Shohih Muslim, kitab rujukannya : Syarah an-nawawy
* Sunan Abi dawud, kitab rujukannya Syarah aunu Al-ma'bud, Almanhalu Al-adzbu Al-maurud, Badzlu Al-Majhud
* Sunan At-tirmidzi, Kitab rujukannya Tuhfatu Al-ahwadzi, 'aridhotu Al-ahwadzi
* Sunan An-nasai, Kitab rujukannya Syarah As-Suyuti, Hasyah As-sindi
* Sunan Ibnu Majah, Kitab rujukannya Hasyatu As-sindi, Mishbahu Az-zujajah, Kifayatu Al-hajati
* Muwatho Kitab rujukannya Tanwiru Al-hawalik, Aujazul Masalik, Al-Zurqoni, Al-Muntaqo
3. Pengamalan
Dalam melaksanakan amal ibadah, jama'ah berusaha menjaga kemurnian ibadah yakni dengan mengamalkan ibadah yang diperintahkan oleh Alloh dan mengikuti tuntunan Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasallam sebagaimana diterangkan dalam Al Qu'an dan Al Hadits. Seperti dalam melaksanakn ibadah sholat dan haji, jama'ah mengamalkan praktek sholat dan ibadah hajinya Rosululloh Sholallohu 'alihi wasallam yang dijelaskan dalam hadits-hadits yang shohih. Sesuai dengan perintah Rosululloh Shollallohu 'alihi wasallam
BJ Habibie Gratiskan Berobat di RS Khusus Ginjal Miliknya
-
*MoslemNEWSOne |* BANDUNG - Gedung Rumah Sakit Khusus Ginjal (RSKG) telah
diresmikan oleh presiden ke-3 Indonesia, B.J Habibie pada, Senin (8/8) di
Jalan T...
8 tahun yang lalu
Amal sholeh kalau ada makalah CAI dikirim ke saya, soalnya kami di tempat yang jauh sangat minim dengan nasihat
BalasHapussalam2 buat saudara yang di sana
Alhamdulillah Jaza kallohu khoiron
Assalamualaikum, sekedar menyampaikan
BalasHapusYayasan CAI tidak ada hubungan organisatoris dengan kegiatan Permata CAI di Jawa Timur yang notabenenya selenggarakan oleh para almuni sebuah pondok pesantren di daerah Gading walaupun dengan nama yang sama yaitu Cinta Alam Indonesia.
Penempatan logo Yayasan CAI tidak tepat, dan bisa mengarah kearah tidak fatonah, menimbang konteks konten blog yang dicantumkan dan tanpa sepengetahuan pengurus yayasan. Hal semacam ini bisa membawa kerancuan bagi publik.
Ajkh.