Allah memberikan “YONI, Wibawa, Guna, Jaya dan MULYO” kepada ilmu manqul. Hanya ilmu Al Quran dan HadiTs yang diajar secara manqul-musnad-muttashil yang dapat menumbuhkan keimanan, ketaqwaan, kejayaan, kemenangan dan kemulyaan (berupa Syurga).
Kita kembali pada cuplikan sejarah perjuangan lampau, Guru/Syekh kita. Beliau dalam amar ma'ruf menyampaikan agama Islam yang haq ini dengan berbagai macam cara di antaranya beliau pernah mendatangi atau mengumpulkan beberapa ulama/kyai diajak kepada kebenaran kerana yang mereka amalkan selama ini tidak cocok/sesuai dengan ajaran Al Quran dan Hadits yang sebenarnya, karena mereka tidak mau, mereka dimaki-maki bahkan diajak berdebat/adu ilmu, jika mereka dapat mengalahkan dengan dasar Al Quran dan Hadits beliau sanggup "ketok gulu" / potong leher.
Perdebatan yang pernah beliau gelar salah satunya terjadi pada tahun 1952 bertempat di rumah Ketua Kampung/kepala desa. Perdebatan itu dihadiri oleh lebih kurang 35 orang guru/kyai pondok pesantren dan umat Islam lebih kurang 1000 orang dari sekitar kampung. Masalah yang diperdebatkan di antaranya masalah bedug, kentongan, kenduri /doa selametan orang mati, usholi dsb ditinjau dari hukum Islam sebenarnya(ilmu manqul) bahkan mereka disuruh bertanya apa saja tentang Islam, semua pertanyaan mereka dijawab berdasarkan Al Quran dan Hadits. Dan mereka tidak dapat menyalahkan jawaban beliau. Hal itu menunjukkan sebagian contoh bahwa Allah memberikan/paring “kehebatan/yoni, wibawa” dan “jaya”(kemenangan) pada ilmu manqul.
Dengan ilmu secara manqul-musnad-muttashil Allah memberikan “guna” (manfaat). Dengan cara manqul-musnad-muttashil seseorang akan mempunyai keimanan yang kuat, kokoh, tidak mudah terpengaruh dan imannya mengakar seperti akar pohon yang kuat dan rimbun daunnya, serta berbuah tanpa mengenal musim. Iman dan taqwanya selalu nampak di mana saja dan dalam keadaan apa saja, seperti telah digambarkan oleh Allah dalam Surat Ibrohim: 24-25
“Apakah kamu belum tahu (Muhammad) bagaimana Allah membuat gambaran kalimat yang baik(kalimat yang menunjukkan haq, kalimat tauhid, Al Quran), kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat, daunnya rimbun dan berbuah setiap musim dengan izin Tuhannya. Demikian Allah membuat gambaran untuk manusia supaya mereka ingat".
Sebaliknya orang yang mengkaji Al Quran dan Hadits dengan tidak manqul, musnad, muttashil, tidak dapat memberi “Guna”(manfaat). Meskipun ilmunya banyak, peribadinya tidak dapat mengamalkan, Allah menggambarkan dalam Surat Ibrohim:26
“Dan gambaran kalimat yang jelek/buruk (kalimat yang batil, kalimat yang sesat) sebagaimana pohon yang tidak kuat, mudah tumbang dari atas bumi”
III. KESIMPULAN
- Kita wajib bersyukur kepada Allah yang telah memberi hidayah kepada kita semua, sehingga kita ridlo menerima Agama Islam secara murni, sistem pengambilan ilmu secara murni (manqul-musnad-muttashil) dan pengamalannya juga murni (tidak dicampuri dengan bid’ah, syirik, khurofat, tahayul, jin-jinan dan lainnya).
- Menurut aslinya mengkaji Al Qur'an dan Hadits itu harus dengan manqul-musnad-muttashil yaitu cara yang telah dipraktikkan oleh Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam, para shahabat, para tabi’in dan ulama-ulama sholihin.
- Mengkaji Al Quran dan Hadits dengan cara manqul-musnad-muttashil hukumnya “WAJIB”, sedangkan dengan cara tanpa manqul/ro'yi dilarang dalam agama, hukumnya “HARAM”.
- Allah memberikan ilmu manqul-musnad-muttashil adalah ilmu pol (tinggi nilainya) antaranya:
- Mengesahkan pengamalan
- Menjaga kemurnian keaslian Agama Islam
- Mudah difahami dalam waktu yang relatif singkat
- Memberikan “YONI, WIBAWA,GUNA(manfaat),JAYA” (kemenangan / kejayaan) “MULIA”(dunia akhirat)
- Mengagungkan terhadap ilmu secara manqul adalah menganggap ilmu secara manqul merupakan ilmu yang paling pol/ polnya ilmu sak jagad rad. Maka kita harus menganggap ilmu manqul adalah ilmu yang pol, tidak bisa dianggap remeh. Sesuai sabda Rasulullohi Sholallohu Alaihi Wasallam :“Barang siapa yang membaca dan memahamai Al Quran (secara Manqul) kemudian ia berpendapat bahwa ada seseorang yang diberi lebih utama daripada yang telah diberikan kepadanya. berarti dia mengagungkan apa-apa yang Allah meremehkan dan meremehkan apa-apa yang Allah mengagungkan” (Riwayat Al Tabrani dari Tafsir Ibnu Katsir 234\4)
- Mengingat polnya ilmu secara manqul-musnad-muttashil maka ilmu tersebut harus kita jaga, pertahankan kemurniannya serta kita sebar-luaskan secara terus-menerus, sambung-bersambung, turun-temurun illa yaumil qiyamah.
BJ Habibie Gratiskan Berobat di RS Khusus Ginjal Miliknya
-
*MoslemNEWSOne |* BANDUNG - Gedung Rumah Sakit Khusus Ginjal (RSKG) telah
diresmikan oleh presiden ke-3 Indonesia, B.J Habibie pada, Senin (8/8) di
Jalan T...
8 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Segala keritik dan saran akan menjadi satu kebaikan dimasa yg akan datang,dan itu sangat kami harapkan.